Thursday, January 03, 2008

Absentminded

"Selamat datang di dua ribu delapan" sapanya saat kami berada diambang pintu masuk dua ribu delapan. "Kami janjikan segala yang terbaik untuk kebahagiaan anda" lanjutnya.

Lira dan Rupi yang berada di baris depan kumpulan saling memandang lalu tersenyum, sumringah mendengar kalimat tersebut.

Mereka hanyut dalam pesta memasuki dua ribu delapan.
Harapan terbit dan mimpi menghampar di kepala setiap mereka.
Sekonyong seperti memulai lembaran baru untuk kehidupan yang lebih baik.

Berbagai pesta terasa pantas digelar.

"Boleh kami merasakan kepuasan yang anda maksud?" Lira bertanya kepada dia yang menyapa kami tadi.

"Tentu nyonya, hanya jika anda berada di dua ribu delapan" jawabnya ramah.

Masa dua ribu tujuh yang hampir habis membuat Lira dan Rupi bergegas ingin mengambil tempat di dua ribu delapan. Mereka tidak ingin seperti saat di dua ribu tujuh dimana kesusahan, kepedihan, dan air mata menjadi sabahat yang begitu lekat bagi hidup mereka.

"Kami janjikan bahwa segala macam kesusahan, kepedihan, duka, dan atau airmata yang melekat dalam hidup anda selama berada di luar dua ribu delapan akan hilang, lenyap tidak bersisa"

"Sungguh?" kali ini Rupi yang bertanya. Matanya berbinar, antara bahagia dan tidak percaya.

"Ya, tentu. Apapun keadaan, bagaimana pun keadaan anda"

"Wow! Baiklah. Boleh kami masuk sekarang?" Lira tidak sanggup menahan luapan emosinya.

"Silahkan sudah saatnya" sepenggal kalimat terucap darinya.

Lira, Rupi, dan kumpulan itu melesat berlari memasuki dua ribu delapan.

"Semua kebahagiaan telah menanti anda untuk dimiliki. Raihlah mereka semua dengan kerja keras, karena tanpa kerja keras itu semua tidak akan mungkin anda miliki" Lira dan Rupi tidak mendengar kalimat ini, pun menyadarinya. Begitu juga dengan manusia manusia lain mereka seperti Lira dan Rupi.

"Jika anda merasa buntu bicaralah pada pemilik tempat ini" orang tadi masih melanjutkan kalimatnya meskipun tidak satu orangpun yang mendengar.

"Dia akan selalu ada untuk memberikan jalan" orang tersebut terus mengucap. "Karena sebagai yang empunya tentu dia sangat memahami segala yang ada di tempat ini. Hanyalah dia pemilik sejati, cermatilah pemilik pemilik palsu yang justru akan menyesatkan engkau"

Kemudian sepi.

Dia melihat dari ambang dua ribu delapan bahwa banyak dari kumpulan tersebut yang tak tentu arah.

Rupi menyikut seorang tua renta demi Rupiah yang ia lihat.

Sama.

Hal yang sama sering Rupi lakukan di dua ribu tujuh

No comments:

PERKOSAKATA

PERKOSAKATA

Connected